Latar Belakang
Dimana Tuhan pernah memanggil
Abraham, ishak, dan Yakub, pada saat itu Allah menjanjikan suatu berkat
keturunan, yang dijanjikan atas mereka, dan keturunan mereka.dimana bangsa
bangsa Israel meyakini bahwa Abraham, ishak, dan Yakub adalah bapa leluhur
mereka, dan mereka mempercayai bahwa Allah telah menjanjikan suatu tanah, atas
mereka, dan mereka akan menjadi suatu bangsa yang besar. Yang berarti kisah ini
tidak ahanya berarti bagi masa lampau saja, tetapi juga bagi masa kini.
Dimana
didalam kejadian 11:50 adalah suatu crita besar bagi bangsa Israel, dimana
didlamnya terdapat suatu keyakina dan kepercayaan terhadap janji Allah, dan
perbuatan-Nya. Dimana kisah Bapa leluhur merupakan kisah awal dari bangsa
Isrel, hal ini tidak bisa disangkal lagi, yang berkaitan dengan asal-usul
bangsa Isrel itu sendiri.
Kisa
tentang bapa leluhur ini tidak tersusun secara rapih, karna ini terbentuk dari
suatu kitab yang sudah lama, zaman kehidupan Bapa leluhu diantara zaman
2000-1500 sm, jadi sudah muncul sebelum Israel dikatakan sebagai umat, atau
bangsa.[1]
1.Siapakah
yang dimaksud dengan Bapa Leluhur?
ABRAHAM
Dalam
kejadian 12 25 , yang di mulai dengan dan janji Allah kepada Abraham dan
sampai kepada penggenapannya Allah memerintahkan Abraham : Pergilah
ke
negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu (Kej. 12:1). Allah berjanji kepada
Abraham : Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar (Kej. 12:2).
Abraham berjalan ke tanah Palestina dan Allah meyakinkannya bahwa negeri itu
akan menjadi milik keturunannnya (Kej. 12:7; 15:18-21). Tetapi Abraham sendiri
tidak mengubah cara hidupnya di negeri yang baru itu. Ia masih mempertahankan
pola hidup seorang pengembara yang berpindah pindah untuk mencari tempat
penggembalaan dan air untuk seluruh kawanan ternaknya. Abraham berjalan sampai
ke Negeb (Kej. 2:9; 24:62), yaitu daerah di bagian selatan Palestina, termasuk
Gerar (Kej. 20:1) dan Barsyeba (Kej. 21:31-33; 29:19).
Cerita
mengenai Abraham mendapatkan persoalan mengenai : dapatkah maksud Allah
digenapi tanpa Abraham memperoleh keturunan?. Akan tetapi ternyata bahwa
Abraham kemudian berpisah dari Lot (Kej. 13:8-13). Mereka memang mempertahankan
hubungan yang akrab dimana lebih dari sekali Abraham pernah menyelematkan Lot,
baik dengan kekuatan senjata (Kej. 14:4) maupun dengan melalui doa (Kej.
18:22-33). Satu persoalan lagi, yaitu mengenai penggenapan janji Allah. Setelah
Sara meninggal dunia, Abraham menikah lagi
dengan Ketura dan memperoleh beberapa anak. Anak anak ini dapat saja bersaing
dengan Ishak untuk memperoleh haknya selaku ahli waris janji-janji Allah.
Namun
Abraham bertindak dengan memberikan anak-anaknya yang lahir sebagai hasil
perkawinannya dengan Ketura itu hal hal yang mereka perlukan, kemudian ia
menyuruh mereka pergi dari rumahnya (Kej. 25:5). Jadi ketika Abraham meningeal
dunia ia telah melihat negeri yang dijanjikan Allah kepadanya dan juga anaknya
yang daripada keturunannya akan muncul suatu bangsa.
ISHAK
Kelahiran
Ishak merupakan peristiwa yang penting, karena merupakan ahli waris janji-janji
Allah. Melalui dia janji-janji itu digenapi, sebelum Abraham meninggal dunia ia
mengatur perkawinan Ishak. Ia menyuruh hambanya pergi kepada keluarganya di
Mesopotamia utara untuk meminang seorang wanita untuk menjadi istri anaknya
(Kej 24). Dengan cara meminta air untuk unta tunggannya, hamba itu akhirnya
menemukan seorang gadis yang murah hati, ramah tamah namun tahu bekerja keras
(Kej. 24:18). Hamba ini yakin bahwa Allah memilih Ribka bagi Ishak, Ishak dan
Ribka akhirnya menikah dan dari perkawinan mereka lahirlah dua orang anak
kembar, yaitu Esau dan Yakub (Kej. 25:21-26). Kebahagiaan Ishak pada tahun
tahun terakhir masa hidupnya terganggu oleh perselisihan antara Esau dan Yakub,
dimana Ribka memihak Yakub sedangkan Ishak memihak Esau (Kej. 25:28).
ESAU DAN YAKUB
Tenyata Allah memilih Yakub
menjadi ahli waris dari perjanjian-Nya yang didirikan-Nya dengan Abraham. Yakub
adalah seorang yang kasar dan penuh kelicikan dan tidak sudi memberi jawaban
terhadap panggilan Allah. Beberapa ahli berpikir bahwa nama Israel yang
diberikannya di tepi sungai Yabok (Kej. 32:28) mungkin berarti perjuangan
Allah karena Allah harus berjuang untuk membawa dia kepada pertobatan dan ketaatan.
Di dalam perjalanan, Yakub memperoleh pengalaman yang luar biasa di tepi sungai
Yabok. Inilah untuk pertma kalinya ia mengakui bahwa Allah telah memimpinnya melalui
berbagai perselisihan yang melingkup hidupnya. Ia menyadari bahwa Allah sedang
bekerja untuk menjadikannya seorang ahli waris yang layak mewarisi janji
janji Allah, akhirnya keturunan Esau
menempati wilayah Edom sebagai negerinya. Setelah meninggalkan Palestina bagi
keturunan Yakub yang dikemudian hari disebut Israel sesuai nama yang baru diberikan
kepada Yakub.[2]
2. Apa yang menjadi dasar
Allah memilih Orang pilihan-Nya?
Allah menyatakan
diri-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, sebab Allah hendak memilih mereka.
a.
Sesusai dengan keniginan Allah sendiri, bukan karna
jasa, atau bakat mereka.
b.
Untuk membuat mereka menjadi alat-Nya, dan kelak
menjadi pelopor atas umat-Nya yang akan datang.
c.
Dengan menggerakan mereka, sehingga mereka menjawab
dan menjadi hamba atas-Nya.
d.
Dengan mengesampingkan untuk sementara, dan tidak
menolak untuk selama-lamanya.
Dimana Allah sendirilah yang telah yang telah
memilih orang-orang tertentu, hal inilah justru yang membuat Allah semakin terlihat
dalam kewibawaan-Nya. Tetapi dalam kejadian 11: 50 dalam konteksnya pada masa
itu tidak disebutkan Allah memilih, tetapi Allah menampakan diri-Nya, serta
berfirman kepada mereka, dengan memberikan suatu janji atas mereka.[3]
Dalam pemilihan Allah sendiri, Allah memilih
orang-orang yang disukai-Nya, dan yang mendapat perkenan-Nya, selain itu juga
terdpat Allah memilih merka berdasarkan kesatuan mereka, dan memilih umat
Israel, serta Allah juga memilih orang-orang itu, dan mengasingkan mereka dari
keramaian orang pada umumnya. Serta Allah memilih orang-orang yang berdarah,
dan berdaging, untuk menjadi kesaksian bagi-Nya, dan hamba atas-Nya.
Dimana Allah memilih orang-orang yang disukai-Nya,
orang-orang yang mendapat perkenanan-Nya. Allah memilh orang-orang-Nya bisa
kita katakan saat ini adalah dengan sengaj justru dari hal ini kita melihat
bahwa pribadi Allah, sebagai pribadi yang tegas.
Lalu timbulah pertanyaan. Mengapa justru yang
dipilih adalah Abraham, bukan nahor, atau haran (kej 11:27) ?
Dimana Allah tidak perlu mempertanggu jawabkan,
karna Allah memilih berdasarkan sukarela, menurut kedaulatan, kehendak dan
pertimbangan-Nya sendiri, dimna Allah memiliki hak untuk memilih berdasarkan
kekuasaan yang Dia miliki, pemilihan Allah berdasarkan sikap pengasihan-Nya
yang bebas, tidak didasarkan dari orang itu sendiri, melaikan didasarkan
kehendak, dan rencana-Nya sendiri, karna bila didasarkan kelibihan dari orang
pilihan itu, mereka adalah orang-orang yang memilki keterbatasan, kesalahan,
dan kekurangan, seperti Abraham yang menghadapi bahaya di Mesir (Kej 12:10-20).
Justru dibalik kebanggaan orang Israel terhadap para Bapa leluhur terdapat
kelemahan, dan keselahan yang mereka lakukan yang tercatat didalam PL, yang
terungkap dalam Hosea, dimana Yakub sebagai penipu. Bila berbicara tentang adat
mereka adalah yang dipilih, kita melihat justru mereka tidak berjalan
berdasarkan adat, karna hak, atau warisan itu seharusnya diberikan kepada anak
sulu, tetapi bagaiman dengan Ismail, Esau, dan manasye. Ini meeunjukan bahwa
Allah memilih mereka berdasarkan kehendak-Nya, dan kedaulatan-Nya, berdasarkan
kekuasaan-Nya.
Hal yang menarik dan tidak dapat dipisahkan, adalah
dimana Allah memilih para Bapa leluhur, yang berarti Allah memilih Israel.
Lalu
timbul pertanyaan lagi, mengapa Israel yang terpilih, bukan Filistin, Edom, dan
Mesir, tidak dipilih ?
Dalam bukunya Bart untuk mejawab pertanyaan ini
tidak ada jawabannya, bila kita melihat alasan mengapa umat Israel sendir tidak
mungkin mereka terpilih, sebagaimana layaknya umat yang terpilih. Coba kita
melihatnya dari segi PB diaman Yesus memanggil umat-Nya berdasarkan
kehendak-Nya sendiri (Mrk 3:13). Dimana dikatakan juga wlaupun Allah menghimpun
umat-Nya, di korintus, Allah tidak memilih orang-orang yang pandai, justru
Allah memilih orang-orang yang bodoh, lemah, dan hina. Dimana diakatakan Allah
memilih umat-Nya berdasarkan keputusan kehendak-Nya. (Ef 1:5).
Mengapa Allah mengasingkan orang pilihan-Nya,, dan
mengasingkan mereka dari keramean manusia?
Ternyata adanya tujuanAllah dalam hal ini, yaitu
mereka ditantang oleh Firman Allah, apakah mereka benar ercaya, atau kurang
percaya, tetpai Allah memilki tujuan dalam panggilan-Nya yaitu untuk
membangkitkan mereka sebagai manusai baru. Dan yang seknjutnya tujuan dari itu
adalah supaya mereka memiliki sikap-sikap baru terhadap sesama manusia
berdasarkan apa yang Allah kehendaki (Kej 26:24, Kel 23:13, Ul 9:27), dimana
mereka tidak hanya menaruh kepercayaan kepada janji Allah saja, tetapi juga
menuruti jalan Tuhan, dengan melakukan kebenaran, dan keadilan.
Lalu tibul pertanyaan terakhir, bagai mana dengan
orang-orang yang tidak dipilih?
Apakah Allah menolak mereka, apakah Allah tidak
adil? Dalam hal ini kita akan melihat dalam crita para Bapa leluhur diaman
mereka juga meiliki kesamaan baik dalam baiknya, maupun buruknya, malah ada
yang jauh lebih baik mendapatkan perkenanan dari Allah, dalam hal ini jelas
diman Allah tidak membenci atau menolak mereka, diman mereka juga memiliki
tempatnya (Yer 44:4).[4]
3. Bagaimanakah cara Allah
menyatakan diri-Nya?
Di antara tindakan - tindakan Allah terhadap para
bapa leluhur, selayaknyalah disebut pertama - pertama penyataan - penyataan
diri-Nya kepada mereka. Dengan berulang - ulang Allah memperlihatkan diri-Nya,
memperdengarkan suara-Nya, memperkenalkan nama-Nya (atau suatu sebutan ilahi
sebagai gantinya), serta menyatakan kehadiran-Nya di beberapa tempat suci di
tanah Kanaan.
Bukan allah sembahan keluarga, sembahan suku atau
sembahan setempat, tetapi TUHAN, Allahnya orang Israel, Sang Mahatinggi dan
Pencipta langit dan bumi, itulah yang menyatakan diri-Nya kepada para bapa
leluhur, sebelum Israel lahir sebagai umat-Nya, dan sebelum Kanaan menjadi
milik pusaka mereka.[5]
Allah memilih para bapa leluhur Israel, oleh karena
Perbuatan Allah melalui penyataan diri-Nya. Allah menyatakan diri kepada para
bapa leluhur Israel, sambil memanggil dan menggerakkan mereka. Ia
menyatakan diri sehingga perhatian kita terarah kepada Dia yang bertindak.
Allah memperlihatkan atau memperdengarkan diri-Nya atau dengan cara lain
menyatakan kehadiran-Nya dan Dia hadir untuk memperkenalkan diri dengan
nama-Nya sendiri.
a) Dimulai mengenai
segala tempat, dimana Allah dikatakan menyatakan diri kepada para bapa
leluhur. Seperti peristiwa dialami berulang - ulang, baik oleh Abraham (Kej.
12:1.7; 15:1; 18:1; 22:14), baik oleh Ishak (26:2) atau oleh Yakub (28:13;
35:9; 48:3). Cerita Kitab Kejadian selalu berusaha memberitahukan tempat segala
peristiwa itu; Beersyeba dan Lahai-Roi di daerah Negeb, Moria, Mamre, Betel dan
Sikhem di tanah Kanaan bagian tengah, Mahanaim dan Pniel di seberang Yordan.
Pertama, semua tempat itu terletak di tanah Kanaan,
yakni di dalam wilayah yang akan diduduki oleh umat Israel. Cerita - cerita
menggemakan keheranan para bapa leluhur itu setiap kali mereka menyadari
kehadiran Allah : Sebenarnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak
mengetahuinya (28:16). Menurut cerita - cerita ini, Allah tidak dengan begitu
saja berkediaman di Kanaan ; Ia berkenan menyatakan diri di tanah itu, dan
perkenanan bebas inilah menimbulkan keheranan pada para bapa leluhur itu.
Kedua, hampir semua tempat dimana Allah menyatakan
diri adalah tempat - tempat yang luar biasa, dan tempat - tempat yang
terkenal sebagai suci.
Dalam hal ini dimana kita akan melihat dalam masa
bapa leluhur justru semakin bnayak firman Tuhan yang dinyatakan kepada para
bapa leluhur, dimana mereka sering menerima secara langsung berbagai macam
bentuk penyataan Ilahi. Bisa
kita lihat disaat mereka menghadi saat-saat yang genting Allah berbicara secara
langsung kepada orang-orang ini dengan firman yang diucapkan. (kej 12:1, 4;
13:14). Yaitu degan formula, Datanglah firman Tuhan kepadanya, atau dengan
berformanlah Tuhan kepadanya, jadi Tuhan berbicara dengan berhadap-hadapan
tidak hanya kepada Musa saja, tetapi kepada Abraham, Ishak, dan Yakub juga,
(Bil 12:6-8).
Dimana Allah menyatakan diri-Nya secara harafiahnya,
membiarkan diri-Nya terlihat, yang disebut dengan (wayera) yang kemudian
disebut sebgai teofani, (Kej 18:1). Kenyataan Allah dan kehadiran Allah
menekankan kepada autentiknya tentang janji, penghiburan, dan bimbingan. Penampakan-penamkan
ini juga dikenal sebagai epifani, membawa manusia, Allah, dan tujuan-Nya bagi
manusia, kepada tujuan-Nya yang erat.
Keriga bapa leluhur ini mengalami pengaruh didalm
kehidupan mereka dalam penyataan tentang Allah, disetiap penyataan Allah,
terdapat dampak yang besar bagi orang-orang ini, dimana Allah akan memberkati,
memberi nama baru bagi mereka, atau mengutus mereka dalam suatu misi.
Selain dari teofani-teofani ini, malaikan Tuhan
juga menampakan dirinya (Kej 16:7). Seringkali justrus malaikat menjadi pusat
penganggungan, yang seharusnya diberikan kepada Allah, penampakan malaikat ini
sangat jelas pada masa para hakim. Diamana malaikat Tuhan ini membawa identitas
dari Allah dan juga sebagai utusan Allah, sekalipun bapa leluhur menganggapnya
sebagai penampakan dari Kristus, sesustu yang pastinya adalah malaikat itu
bukan Tuhan yang tidak terlihat itu. Allah juga bersabda pada zaman itu tidak
hanya dengan menampakan diri saja tetapi
juga dengan mimpi (halom), dan juga dengan penglihatan-penglihatan, (mahzeh,
marot).[6]
4.Apa yang Allah firmankan
Tentang Janji-Nya?
Dalam hubungan yang erat dengan memilih dan
memanggil para bapa leluhur itu, Allah mengikat suatu perjanjian dengan mereka.
Dengan Abraham diikrarkannya suatu sumpah setia, yang diteguhkan dengan upacara
perjanjian, dan sumpah itu diperbaharuinya kepada Ishak dan Yakub, semuanya
sebagai pratanda dan pendahuluan dari perjanjian yang akan diikatnya dengan
umat Israel pada waktu kelahirannya, yakni pada waktu Ia membawa mereka keluar
dari Mesir.
Menurut lapisan - lapisan Perjanjian Lama, yang
ditentukan oleh cara pemandanfan imam - imam, perjanjian dengan para bapa
leluhur itu sekaligus merupakan perjanjian TUHAN dengan Israel: didalam diri
Abraham, sekali untuk selama-lamanya, TUHAN menetapkan diriNya menjadi Allahnya
orang Israel.
Untuk
Abraham sendir terjadi empat tahap berkaitan tentang janji Allah, yaitu
diantaranya dalam Kejadian 12:1-13, 13:14-16, 15:4-21, dan 17:4-16. Diaman isi
janji itu itu tentang; keturunan, tanah pusaka, dan berkat bagi seluruh bangsa
dibumi. Bila kita melihat tentang janji Allah yang berkaitan dengan bangsa:
Abraham dalam kejadian 12:3, 18:18, dan 22:17, sedangan Ishak dalam Kej 26:3-4,
dan Yakub dalam Kej 28:13-14. Dimana ini masih berkaitan dengan Kej 12:2-3,
yang berkaitan dengan janji tersebut.
5. Janji seperti apakah yang Allah berikan?
Allah selalu membuat perjanjian dengan setiap orang
yang mau berkerja sama dengan-Nya dan dalam PL kita tahu bagaimana Allah sering
membuat janji dengan para Bapa leluhur kita untuk suatu pengharapan. Ada
beberapa segi pengharapan yang kita lihat:
1. Di mana janji-Nya
mengenai berkat, keturunan, dan tanah yang di berikan kepada bapa leluhur dan
juga keturunan-nya.
2. Berulang-ulang menjanjikan bagaimana keturunan para baoa leluhur akan menjadi berkat
bagi segala bangsa di bumi.
3. Meskipun
pengenapan janji itu sudah di alami oleh para Bapa leluhur tetapi penggenapan
yang sesungguhnya masih di perlambat.
4. Janji
mengenai keturunan para bapa leluhur yang akan menjadi raja keselamatan bagi
seluruh bangsa.
Dan jangan lupa suatu unsur yang terkenal mengenai
cerita para bapa leluhur adalah pemberian janji. Dan ini menjadi inti kesaksian
perjanjian lama mengenai para bapa leluhur Israel. Janji ini dimana Allah buat
dengan orang-orang yang Ia jumpai dan berkenan di hati-Nya.[7]
Seseorang
kalau sudah berjanji pasti akan menepati janji nya apalagi Allah yang berjanji
pasti akan diberikan dan pemberian janji Allah ini di berikan kepada tiga tokoh
yang terkenal di Israel pada masa mereka yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub bahkan
lewat mereka bertiga ini Allah tetap setia kepada bangsa Israel. Allah tidak
hanya mejanjika sesuatu yang bersifat kebajikan saja tetapi Allah menjanjikan
sesuatu yang menunjuk kepada diri-Nya sendiri ini suatu hal yang luar biasa.
(Kej. 17:7-8);
Sebagian
besar cerita para bapa leluhur ini mempunyai pokok dan tujuan yang lain dari
pada pemberian Janji seperti; asal-usul tempat, perang atau damai,
ada-istiadat yang dilakukan. Tempat di mana Israel bersemayang/berdoa. Kita
tahu bahwa Allah telah memberikan tanah kanaan kepada bapa leluhur bahkan Allah
berjanji akan menjadi Allah bagi keturunan mereka. Dan apa-pun yang di janji
Allah tetap ia berikan dan Abrham, Ishak, serta Yakub yang menjadi bukti
bagimana Allah menepati janji-janjiNya.
Berkaitan dengan janji
Allah ini, yang dikaitkan dengan penyebutan nama Allah pada zaman bapa leluhur,
seperti El Olam, Allah yang kekal, El
Elion yang berarti Allah yang maha tinggi, tetapi ada penyebutan yang menjadi
sorotan yaitu El Sahaddai yang bisa dikatakan Allah yang maha kuasa. Kata El
Sahaddai ini digunakan sekitar tiga puluh kali dalam kitab Ayub yang dimulai
dari Ayub 5:17, dimana kata tersebut memiliki bukti dan kebenaran dalam
kehidupan Ayub, dan zaman bapa leluhur, misalannya dari kehidupan Ayub yang
dikatakan orang yang kaya dengan segala ternaknya Ayb 1:3, selain itu Ishak
dalam Kej 26:13-14, dimana umur panjang Ayub mencapai 140 th, atau lima
generasi, dapat disamakan dengan Yusuf 110 th yang bisa dikatakan mencapai tiga
generasi.
Timbul penegertian dari
para pakar tentang penyebutan kata El Sahaddai (sang pemilik, atau Allah
Gunung), dalam enam ayat pada zaman bapa leluhur, dan tiga puluh penyataan
dalam kitab Ayub ini menunjukan nama tersebut menekannkan pada kuasa, dan
keperkasaan Allah, serta diterjemahkan dalam LXX yang berarti sebgai ho
pantokrator, Allah penguasa segala sesuatu, atau Mahakuasa. Sebagaiman
yang dinyatakan oleh Gerhardus Vos, diaman Allah dengan kasih karunianya Ia
memberi kuasa atas alam, dan memaksa alam untuk menyampaikan rencana-Nya
tentang penyelamatannya, El Sahaddai juga menunjukan kemampuan Allah dalam
menguasai Allam.
Selaian penyebutan nama
El Sahaddai dalam enam ayat, dan kitab ayub ternyata terdapat kalimat yang sama
juga didalam kitab-kitab, pentatukh, kitab nabi-nabi, dalam kitab Mazmur, serta
dalam kitab Rut, diman dalam kata tersebut terdapat makna Allah adalah
Mahakuasa, dan Raja agung yang dapat bertindak atas orang-orang yang
dikasihi-Nya yang dipanggil menurut rencana-Nya.
Dimana penggenapan janji
Allah ini diberikan kepada garis keturunan bapa leluhur seperti yang mereka
lakukan, Abraham menurunkan berkatnya kepada Ishak, dan Ishak membrikan
berkatnya kepada Yakub, berbicara tentang berkata ini terdiri dari banyak hal,
yaitu; upah nerupa kemakmuran, damai sejahtra dari Tuhan, dan yang tak kalah
penting iakah kehadiran Allah itu sendiri.
Selain itu juga Bapa
leluhur meyakini tentang keselmatan setelah kematian, diaman Abraham
mempercayai bahwa Allah dapat membebaskan anaknya dari kematian seperti yang
terdapat dalam Kej 22. Oleh sebeb itu mereka mengumpulkan berdasarkan Bapa
leluhurnya, saat mereka mati, diaman Allah menyatakan diri-Nya kepada mereka
sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, dimana hubungan keduanya tidak
terpisahkan setelah kematian, bandingkan antara Kel 3:6 dengan Mrk 12:26, dan
Luk 20:37, terlihat dalam pemazmur terdapat penyataan tentang hubungan antara
Allah, dan manusia tetap ada setelah kematian, (Maz 16:10), selain itu juga
Ayub menjelaskan tentang pohon yang dufah ditebang akan bertunas lagi, (Ayb
14:7). Berbicara tentang berkat ini tidak hanya secara materi, saja atau secara
alamiah saja, tetapi para Bapa leluhur juga meyakini, dan percaya adanya berkat
setelah kematian, yaitu hubungan dengan Allah yang kekal, setelah kematian.[8]
“KESIMPULAN
Dalam hal ini kami kelompok menyimpulkan dimana pemilihan Allah
terhadap orang-orang-Nya tidak pernah salah, karna ditunjukan terhadap pribadi
Allah yang penuh dengan Kuasa, dan kemahatauan-Nya, sehingga dalam peroses
pemilihan-Nya pun Allah melakukannya dengan cara yang ajaib, dan semprna.
Diaman didalam setiap janji terdapat maksud, dan tujuan yang mulia, baik bagi
orang-oarang yang terpilih maupun bagia orang lain, Allah tetap menunjukan
keadilan-Nya, selain itu juga kekuatan ajani Allah yang semptna tidak hanya
berlaku selama kehidupan didunia ini, tetapi terlebih lagi tetap berlaku
didalam kekekalan.
Daftar Pustaka
Kaiser. Walter C. Teologi Perjanjian Lama.
Jakarta: Gandum Mas, 2004.
Dr. Barth. C. Teologi Perjanjian Lama.
Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1991.
[1]
Dr. C. Bart, Teologia Perjanjian Lama, (Jaketa: Bpk Gunung Mulya, 1991), 86-90.
[3]
Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama,( Jakata: Gandum
Mas, 2004), 117.
[4]
Dr. C. Bart, Teologi Perjanjian Lama,91-101.
[5]
Dr. C. Bart, Teologi perjanjian Lama,101-103.
[6]
Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama. 120.
[7]
Dr. C. Barth, Teologi Perjanjian Lama. 119-127.
[8]
Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama. 133-135.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar