Rabu, 28 November 2018

ALLAH MEMILIH BAPA LELUHUR ISRAEL TEOLOGI PERJANJIAN LAMA

Latar Belakang
Dimana Tuhan pernah memanggil Abraham, ishak, dan Yakub, pada saat itu Allah menjanjikan suatu berkat keturunan, yang dijanjikan atas mereka, dan keturunan mereka.dimana bangsa bangsa Israel meyakini bahwa Abraham, ishak, dan Yakub adalah bapa leluhur mereka, dan mereka mempercayai bahwa Allah telah menjanjikan suatu tanah, atas mereka, dan mereka akan menjadi suatu bangsa yang besar. Yang berarti kisah ini tidak ahanya berarti bagi masa lampau saja, tetapi juga bagi masa kini.
            Dimana didalam kejadian 11:50 adalah suatu crita besar bagi bangsa Israel, dimana didlamnya terdapat suatu keyakina dan kepercayaan terhadap janji Allah, dan perbuatan-Nya. Dimana kisah Bapa leluhur merupakan kisah awal dari bangsa Isrel, hal ini tidak bisa disangkal lagi, yang berkaitan dengan asal-usul bangsa Isrel itu sendiri.
            Kisa tentang bapa leluhur ini tidak tersusun secara rapih, karna ini terbentuk dari suatu kitab yang sudah lama, zaman kehidupan Bapa leluhu diantara zaman 2000-1500 sm, jadi sudah muncul sebelum Israel dikatakan sebagai umat, atau bangsa.[1]

1.Siapakah yang dimaksud dengan Bapa Leluhur?

ABRAHAM
            Dalam kejadian 12 – 25 , yang di mulai dengan dan janji Allah kepada Abraham dan sampai kepada penggenapannya Allah memerintahkan Abraham : ‘‘Pergilah… ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kej. 12:1). Allah berjanji kepada Abraham : “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar” (Kej. 12:2). Abraham berjalan ke tanah Palestina dan Allah meyakinkannya bahwa negeri itu akan menjadi milik keturunannnya (Kej. 12:7; 15:18-21). Tetapi Abraham sendiri tidak mengubah cara hidupnya di negeri yang baru itu. Ia masih mempertahankan pola hidup seorang pengembara yang berpindah – pindah untuk mencari tempat penggembalaan dan air untuk seluruh kawanan ternaknya. Abraham berjalan sampai ke Negeb (Kej. 2:9; 24:62), yaitu daerah di bagian selatan Palestina, termasuk Gerar (Kej. 20:1) dan Barsyeba (Kej. 21:31-33; 29:19).
            Cerita mengenai Abraham mendapatkan persoalan mengenai : dapatkah maksud Allah digenapi tanpa Abraham memperoleh keturunan?. Akan tetapi ternyata bahwa Abraham kemudian berpisah dari Lot (Kej. 13:8-13). Mereka memang mempertahankan hubungan yang akrab dimana lebih dari sekali Abraham pernah menyelematkan Lot, baik dengan kekuatan senjata (Kej. 14:4) maupun dengan melalui doa (Kej. 18:22-33). Satu persoalan lagi, yaitu mengenai penggenapan janji Allah. Setelah Sara meninggal dunia,  Abraham menikah lagi dengan Ketura dan memperoleh beberapa anak. Anak – anak ini dapat saja bersaing dengan Ishak untuk memperoleh haknya selaku ahli waris janji-janji Allah.
            Namun Abraham bertindak dengan memberikan anak-anaknya yang lahir sebagai hasil perkawinannya dengan Ketura itu hal –hal yang mereka perlukan, kemudian ia menyuruh mereka pergi dari rumahnya (Kej. 25:5). Jadi ketika Abraham meningeal dunia ia telah melihat negeri yang dijanjikan Allah kepadanya dan juga anaknya yang daripada keturunannya akan muncul suatu bangsa.

ISHAK
            Kelahiran Ishak merupakan peristiwa yang penting, karena merupakan ahli waris janji-janji Allah. Melalui dia janji-janji itu digenapi, sebelum Abraham meninggal dunia ia mengatur perkawinan Ishak. Ia menyuruh hambanya pergi kepada keluarganya di Mesopotamia utara untuk meminang seorang wanita untuk menjadi istri anaknya (Kej 24). Dengan cara meminta air untuk unta tunggannya, hamba itu akhirnya menemukan seorang gadis yang murah hati, ramah tamah namun tahu bekerja keras (Kej. 24:18). Hamba ini yakin bahwa Allah memilih Ribka bagi Ishak, Ishak dan Ribka akhirnya menikah dan dari perkawinan mereka lahirlah dua orang anak kembar, yaitu Esau dan Yakub (Kej. 25:21-26). Kebahagiaan Ishak pada tahun – tahun terakhir masa hidupnya terganggu oleh perselisihan antara Esau dan Yakub, dimana Ribka memihak Yakub sedangkan Ishak memihak Esau (Kej. 25:28).

ESAU DAN YAKUB
       Tenyata Allah memilih Yakub menjadi ahli waris dari perjanjian-Nya yang didirikan-Nya dengan Abraham. Yakub adalah seorang yang kasar dan penuh kelicikan dan tidak sudi memberi jawaban terhadap panggilan Allah. Beberapa ahli berpikir bahwa nama “Israel” yang diberikannya di tepi sungai Yabok (Kej. 32:28) mungkin berarti “perjuangan Allah” karena Allah harus berjuang untuk membawa dia kepada pertobatan dan ketaatan. Di dalam perjalanan, Yakub memperoleh pengalaman yang luar biasa di tepi sungai Yabok. Inilah untuk pertma kalinya ia mengakui bahwa Allah telah memimpinnya melalui berbagai perselisihan yang melingkup hidupnya. Ia menyadari bahwa Allah sedang bekerja untuk menjadikannya seorang ahli waris yang layak mewarisi janji – janji Allah,  akhirnya keturunan Esau menempati wilayah Edom sebagai negerinya. Setelah meninggalkan Palestina bagi keturunan Yakub yang dikemudian hari disebut Israel sesuai nama yang baru diberikan kepada Yakub.[2]
      

2. Apa yang menjadi dasar Allah memilih Orang pilihan-Nya?
            Allah menyatakan diri-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, sebab Allah hendak memilih mereka.
a.     Sesusai dengan keniginan Allah sendiri, bukan karna jasa, atau bakat mereka.
b.     Untuk membuat mereka menjadi alat-Nya, dan kelak menjadi pelopor atas umat-Nya yang akan datang.
c.     Dengan menggerakan mereka, sehingga mereka menjawab dan menjadi hamba atas-Nya.
d.     Dengan mengesampingkan untuk sementara, dan tidak menolak untuk  selama-lamanya.
Dimana Allah sendirilah yang telah yang telah memilih orang-orang tertentu, hal inilah justru yang membuat Allah semakin terlihat dalam kewibawaan-Nya. Tetapi dalam kejadian 11: 50 dalam konteksnya pada masa itu tidak disebutkan Allah memilih, tetapi Allah menampakan diri-Nya, serta berfirman kepada mereka, dengan memberikan suatu janji atas mereka.[3]
Dalam pemilihan Allah sendiri, Allah memilih orang-orang yang disukai-Nya, dan yang mendapat perkenan-Nya, selain itu juga terdpat Allah memilih merka berdasarkan kesatuan mereka, dan memilih umat Israel, serta Allah juga memilih orang-orang itu, dan mengasingkan mereka dari keramaian orang pada umumnya. Serta Allah memilih orang-orang yang berdarah, dan berdaging, untuk menjadi kesaksian bagi-Nya, dan hamba atas-Nya.
                        Dimana Allah memilih orang-orang yang disukai-Nya, orang-orang yang mendapat perkenanan-Nya. Allah memilh orang-orang-Nya bisa kita katakan saat ini adalah dengan sengaj justru dari hal ini kita melihat bahwa pribadi Allah, sebagai pribadi yang tegas.
Lalu timbulah pertanyaan. Mengapa justru yang dipilih adalah Abraham, bukan nahor, atau haran (kej 11:27) ?
Dimana Allah tidak perlu mempertanggu jawabkan, karna Allah memilih berdasarkan sukarela, menurut kedaulatan, kehendak dan pertimbangan-Nya sendiri, dimna Allah memiliki hak untuk memilih berdasarkan kekuasaan yang Dia miliki, pemilihan Allah berdasarkan sikap pengasihan-Nya yang bebas, tidak didasarkan dari orang itu sendiri, melaikan didasarkan kehendak, dan rencana-Nya sendiri, karna bila didasarkan kelibihan dari orang pilihan itu, mereka adalah orang-orang yang memilki keterbatasan, kesalahan, dan kekurangan, seperti Abraham yang menghadapi bahaya di Mesir (Kej 12:10-20). Justru dibalik kebanggaan orang Israel terhadap para Bapa leluhur terdapat kelemahan, dan keselahan yang mereka lakukan yang tercatat didalam PL, yang terungkap dalam Hosea, dimana Yakub sebagai penipu. Bila berbicara tentang adat mereka adalah yang dipilih, kita melihat justru mereka tidak berjalan berdasarkan adat, karna hak, atau warisan itu seharusnya diberikan kepada anak sulu, tetapi bagaiman dengan Ismail, Esau, dan manasye. Ini meeunjukan bahwa Allah memilih mereka berdasarkan kehendak-Nya, dan kedaulatan-Nya, berdasarkan kekuasaan-Nya.
Hal yang menarik dan tidak dapat dipisahkan, adalah dimana Allah memilih para Bapa leluhur, yang berarti Allah memilih Israel.
     Lalu timbul pertanyaan lagi, mengapa Israel yang terpilih, bukan Filistin, Edom, dan Mesir, tidak dipilih ?
Dalam bukunya Bart untuk mejawab pertanyaan ini tidak ada jawabannya, bila kita melihat alasan mengapa umat Israel sendir tidak mungkin mereka terpilih, sebagaimana layaknya umat yang terpilih. Coba kita melihatnya dari segi PB diaman Yesus memanggil umat-Nya berdasarkan kehendak-Nya sendiri (Mrk 3:13). Dimana dikatakan juga wlaupun Allah menghimpun umat-Nya, di korintus, Allah tidak memilih orang-orang yang pandai, justru Allah memilih orang-orang yang bodoh, lemah, dan hina. Dimana diakatakan Allah memilih umat-Nya berdasarkan keputusan kehendak-Nya. (Ef 1:5).

Mengapa Allah mengasingkan orang pilihan-Nya,, dan mengasingkan mereka dari keramean manusia?
Ternyata adanya tujuanAllah dalam hal ini, yaitu mereka ditantang oleh Firman Allah, apakah mereka benar ercaya, atau kurang percaya, tetpai Allah memilki tujuan dalam panggilan-Nya yaitu untuk membangkitkan mereka sebagai manusai baru. Dan yang seknjutnya tujuan dari itu adalah supaya mereka memiliki sikap-sikap baru terhadap sesama manusia berdasarkan apa yang Allah kehendaki (Kej 26:24, Kel 23:13, Ul 9:27), dimana mereka tidak hanya menaruh kepercayaan kepada janji Allah saja, tetapi juga menuruti jalan Tuhan, dengan melakukan kebenaran, dan keadilan.
Lalu tibul pertanyaan terakhir, bagai mana dengan orang-orang yang tidak dipilih?
Apakah Allah menolak mereka, apakah Allah tidak adil? Dalam hal ini kita akan melihat dalam crita para Bapa leluhur diaman mereka juga meiliki kesamaan baik dalam baiknya, maupun buruknya, malah ada yang jauh lebih baik mendapatkan perkenanan dari Allah, dalam hal ini jelas diman Allah tidak membenci atau menolak mereka, diman mereka juga memiliki tempatnya (Yer 44:4).[4]


3. Bagaimanakah cara Allah menyatakan diri-Nya?
Di antara tindakan - tindakan Allah terhadap para bapa leluhur, selayaknyalah disebut pertama - pertama penyataan - penyataan diri-Nya kepada mereka. Dengan berulang - ulang Allah memperlihatkan diri-Nya, memperdengarkan suara-Nya, memperkenalkan nama-Nya (atau suatu sebutan ilahi sebagai gantinya), serta menyatakan kehadiran-Nya di beberapa tempat suci di tanah Kanaan.
Bukan allah sembahan keluarga, sembahan suku atau sembahan setempat, tetapi TUHAN, Allahnya orang Israel, Sang Mahatinggi dan Pencipta langit dan bumi, itulah yang menyatakan diri-Nya kepada para bapa leluhur, sebelum Israel lahir sebagai umat-Nya, dan sebelum Kanaan menjadi milik pusaka mereka.[5]
Allah memilih para bapa leluhur Israel, oleh karena Perbuatan Allah melalui penyataan diri-Nya. Allah menyatakan diri kepada para bapa leluhur Israel, sambil “memanggil” dan “menggerakkan” mereka. Ia menyatakan diri sehingga perhatian kita terarah kepada Dia yang bertindak. Allah “memperlihatkan” atau “memperdengarkan” diri-Nya atau dengan cara lain menyatakan kehadiran-Nya dan Dia hadir untuk “memperkenalkan” diri dengan nama-Nya sendiri.
a)      Dimulai mengenai segala tempat, dimana Allah dikatakan menyatakan diri kepada para bapa leluhur. Seperti peristiwa dialami berulang - ulang, baik oleh Abraham (Kej. 12:1.7; 15:1; 18:1; 22:14), baik oleh Ishak (26:2) atau oleh Yakub (28:13; 35:9; 48:3). Cerita Kitab Kejadian selalu berusaha memberitahukan tempat segala peristiwa itu; Beersyeba dan Lahai-Roi di daerah Negeb, Moria, Mamre, Betel dan Sikhem di tanah Kanaan bagian tengah, Mahanaim dan Pniel di seberang Yordan.
Pertama, semua tempat itu terletak di tanah Kanaan, yakni di dalam wilayah yang akan diduduki oleh umat Israel. Cerita - cerita menggemakan keheranan para bapa leluhur itu setiap kali mereka menyadari kehadiran Allah : “Sebenarnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya (28:16). Menurut cerita - cerita ini, Allah tidak dengan begitu saja “berkediaman” di Kanaan ; Ia berkenan menyatakan diri di tanah itu, dan perkenanan bebas inilah menimbulkan keheranan pada para bapa leluhur itu.
Kedua, hampir semua tempat dimana Allah menyatakan diri adalah tempat - tempat yang “luar biasa”, dan tempat - tempat yang terkenal sebagai “suci”.
Dalam hal ini dimana kita akan melihat dalam masa bapa leluhur justru semakin bnayak firman Tuhan yang dinyatakan kepada para bapa leluhur, dimana mereka sering menerima secara langsung berbagai macam bentuk penyataan             Ilahi. Bisa kita lihat disaat mereka menghadi saat-saat yang genting Allah berbicara secara langsung kepada orang-orang ini dengan firman yang diucapkan. (kej 12:1, 4; 13:14). Yaitu degan formula, “Datanglah firman Tuhan kepadanya”, atau dengan “berformanlah Tuhan kepadanya”, jadi Tuhan berbicara dengan berhadap-hadapan tidak hanya kepada Musa saja, tetapi kepada Abraham, Ishak, dan Yakub juga, (Bil 12:6-8).
Dimana Allah menyatakan diri-Nya secara harafiahnya, “membiarkan diri-Nya terlihat, yang disebut dengan (wayera) yang kemudian disebut sebgai teofani, (Kej 18:1). Kenyataan Allah dan kehadiran Allah menekankan kepada autentiknya tentang janji, penghiburan, dan bimbingan. Penampakan-penamkan ini juga dikenal sebagai epifani, membawa manusia, Allah, dan tujuan-Nya bagi manusia, kepada tujuan-Nya yang erat.
Keriga bapa leluhur ini mengalami pengaruh didalm kehidupan mereka dalam penyataan tentang Allah, disetiap penyataan Allah, terdapat dampak yang besar bagi orang-orang ini, dimana Allah akan “memberkati, memberi nama baru bagi mereka, atau mengutus mereka dalam suatu misi.
Selain dari teofani-teofani ini, malaikan Tuhan juga menampakan dirinya (Kej 16:7). Seringkali justrus malaikat menjadi pusat penganggungan, yang seharusnya diberikan kepada Allah, penampakan malaikat ini sangat jelas pada masa para hakim. Diamana malaikat Tuhan ini membawa identitas dari Allah dan juga sebagai utusan Allah, sekalipun bapa leluhur menganggapnya sebagai penampakan dari Kristus, sesustu yang pastinya adalah malaikat itu bukan Tuhan yang tidak terlihat itu. Allah juga bersabda pada zaman itu tidak hanya dengan menampakan diri saja  tetapi juga dengan mimpi (halom), dan juga dengan penglihatan-penglihatan, (mahzeh, marot).[6]

4.Apa yang Allah firmankan Tentang Janji-Nya?
Dalam hubungan yang erat dengan memilih dan memanggil para bapa leluhur itu, Allah mengikat suatu perjanjian dengan mereka. Dengan Abraham diikrarkannya suatu sumpah setia, yang diteguhkan dengan upacara perjanjian, dan sumpah itu diperbaharuinya kepada Ishak dan Yakub, semuanya sebagai pratanda dan pendahuluan dari perjanjian yang akan diikatnya dengan umat Israel pada waktu kelahirannya, yakni pada waktu Ia membawa mereka keluar dari Mesir.
Menurut lapisan - lapisan Perjanjian Lama, yang ditentukan oleh cara pemandanfan imam - imam, perjanjian dengan para bapa leluhur itu sekaligus merupakan perjanjian TUHAN dengan Israel: didalam diri Abraham, sekali untuk selama-lamanya, TUHAN menetapkan diriNya menjadi Allahnya orang Israel.
            Untuk Abraham sendir terjadi empat tahap berkaitan tentang janji Allah, yaitu diantaranya dalam Kejadian 12:1-13, 13:14-16, 15:4-21, dan 17:4-16. Diaman isi janji itu itu tentang; keturunan, tanah pusaka, dan berkat bagi seluruh bangsa dibumi. Bila kita melihat tentang janji Allah yang berkaitan dengan bangsa: Abraham dalam kejadian 12:3, 18:18, dan 22:17, sedangan Ishak dalam Kej 26:3-4, dan Yakub dalam Kej 28:13-14. Dimana ini masih berkaitan dengan Kej 12:2-3, yang berkaitan dengan janji tersebut.  

5. Janji seperti apakah yang Allah berikan?
Allah selalu membuat perjanjian dengan setiap orang yang mau berkerja sama dengan-Nya dan dalam PL kita tahu bagaimana Allah sering membuat janji dengan para Bapa leluhur kita untuk suatu pengharapan. Ada beberapa segi pengharapan yang kita lihat:
1.  Di mana janji-Nya mengenai berkat, keturunan, dan tanah yang di berikan kepada bapa leluhur dan juga keturunan-nya.
2.  Berulang-ulang menjanjikan bagaimana keturunan para baoa leluhur akan menjadi berkat bagi segala bangsa di bumi.
3.  Meskipun pengenapan janji itu sudah di alami oleh para Bapa leluhur tetapi penggenapan yang sesungguhnya masih di perlambat.
4.  Janji mengenai keturunan para bapa leluhur yang akan menjadi raja keselamatan bagi seluruh bangsa.
Dan jangan lupa suatu unsur yang terkenal mengenai cerita para bapa leluhur adalah pemberian janji. Dan ini menjadi inti kesaksian perjanjian lama mengenai para bapa leluhur Israel. Janji ini dimana Allah buat dengan orang-orang yang Ia jumpai dan berkenan di hati-Nya.[7]
     Seseorang kalau sudah berjanji pasti akan menepati janji nya apalagi Allah yang berjanji pasti akan diberikan dan pemberian janji Allah ini di berikan kepada tiga tokoh yang terkenal di Israel pada masa mereka yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub bahkan lewat mereka bertiga ini Allah tetap setia kepada bangsa Israel. Allah tidak hanya mejanjika sesuatu yang bersifat kebajikan saja tetapi Allah menjanjikan sesuatu yang menunjuk kepada diri-Nya sendiri ini suatu hal yang luar biasa. (Kej. 17:7-8);
     Sebagian besar cerita para bapa leluhur ini mempunyai pokok dan tujuan yang lain dari pada “pemberian Janji” seperti; asal-usul tempat, perang atau damai, ada-istiadat yang dilakukan. Tempat di mana Israel bersemayang/berdoa. Kita tahu bahwa Allah telah memberikan tanah kanaan kepada bapa leluhur bahkan Allah berjanji akan menjadi Allah bagi keturunan mereka. Dan apa-pun yang di janji Allah tetap ia berikan dan Abrham, Ishak, serta Yakub yang menjadi bukti bagimana Allah menepati janji-janjiNya.
Berkaitan dengan janji Allah ini, yang dikaitkan dengan penyebutan nama Allah pada zaman bapa leluhur, seperti  El Olam, Allah yang kekal, El Elion yang berarti Allah yang maha tinggi, tetapi ada penyebutan yang menjadi sorotan yaitu El Sahaddai yang bisa dikatakan Allah yang maha kuasa. Kata El Sahaddai ini digunakan sekitar tiga puluh kali dalam kitab Ayub yang dimulai dari Ayub 5:17, dimana kata tersebut memiliki bukti dan kebenaran dalam kehidupan Ayub, dan zaman bapa leluhur, misalannya dari kehidupan Ayub yang dikatakan orang yang kaya dengan segala ternaknya Ayb 1:3, selain itu Ishak dalam Kej 26:13-14, dimana umur panjang Ayub mencapai 140 th, atau lima generasi, dapat disamakan dengan Yusuf 110 th yang bisa dikatakan mencapai tiga generasi.
Timbul penegertian dari para pakar tentang penyebutan kata El Sahaddai (sang pemilik, atau Allah Gunung), dalam enam ayat pada zaman bapa leluhur, dan tiga puluh penyataan dalam kitab Ayub ini menunjukan nama tersebut menekannkan pada kuasa, dan keperkasaan Allah, serta diterjemahkan dalam LXX yang berarti sebgai ho pantokrator, “Allah penguasa segala sesuatu, atau Mahakuasa”. Sebagaiman yang dinyatakan oleh Gerhardus Vos, diaman Allah dengan kasih karunianya Ia memberi kuasa atas alam, dan memaksa alam untuk menyampaikan rencana-Nya tentang penyelamatannya, El Sahaddai juga menunjukan kemampuan Allah dalam menguasai Allam.
Selaian penyebutan nama El Sahaddai dalam enam ayat, dan kitab ayub ternyata terdapat kalimat yang sama juga didalam kitab-kitab, pentatukh, kitab nabi-nabi, dalam kitab Mazmur, serta dalam kitab Rut, diman dalam kata tersebut terdapat makna Allah adalah Mahakuasa, dan Raja agung yang dapat bertindak atas orang-orang yang dikasihi-Nya yang dipanggil menurut rencana-Nya.
Dimana penggenapan janji Allah ini diberikan kepada garis keturunan bapa leluhur seperti yang mereka lakukan, Abraham menurunkan berkatnya kepada Ishak, dan Ishak membrikan berkatnya kepada Yakub, berbicara tentang berkata ini terdiri dari banyak hal, yaitu; upah nerupa kemakmuran, damai sejahtra dari Tuhan, dan yang tak kalah penting iakah kehadiran Allah itu sendiri.
Selain itu juga Bapa leluhur meyakini tentang keselmatan setelah kematian, diaman Abraham mempercayai bahwa Allah dapat membebaskan anaknya dari kematian seperti yang terdapat dalam Kej 22. Oleh sebeb itu mereka mengumpulkan berdasarkan Bapa leluhurnya, saat mereka mati, diaman Allah menyatakan diri-Nya kepada mereka sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, dimana hubungan keduanya tidak terpisahkan setelah kematian, bandingkan antara Kel 3:6 dengan Mrk 12:26, dan Luk 20:37, terlihat dalam pemazmur terdapat penyataan tentang hubungan antara Allah, dan manusia tetap ada setelah kematian, (Maz 16:10), selain itu juga Ayub menjelaskan tentang pohon yang dufah ditebang akan bertunas lagi, (Ayb 14:7). Berbicara tentang berkat ini tidak hanya secara materi, saja atau secara alamiah saja, tetapi para Bapa leluhur juga meyakini, dan percaya adanya berkat setelah kematian, yaitu hubungan dengan Allah yang kekal, setelah kematian.[8]






















KESIMPULAN”

     Dalam hal ini kami kelompok menyimpulkan dimana pemilihan Allah terhadap orang-orang-Nya tidak pernah salah, karna ditunjukan terhadap pribadi Allah yang penuh dengan Kuasa, dan kemahatauan-Nya, sehingga dalam peroses pemilihan-Nya pun Allah melakukannya dengan cara yang ajaib, dan semprna. Diaman didalam setiap janji terdapat maksud, dan tujuan yang mulia, baik bagi orang-oarang yang “terpilih” maupun bagia orang lain, Allah tetap menunjukan keadilan-Nya, selain itu juga kekuatan ajani Allah yang semptna tidak hanya berlaku selama kehidupan didunia ini, tetapi terlebih lagi tetap berlaku didalam kekekalan.























“Daftar Pustaka”

Kaiser. Walter C. Teologi Perjanjian Lama. Jakarta: Gandum Mas, 2004.
Dr. Barth. C. Teologi Perjanjian Lama. Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1991.



[1] Dr. C. Bart, Teologia Perjanjian Lama, (Jaketa: Bpk Gunung Mulya, 1991), 86-90.
[2]
[3] Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama,( Jakata: Gandum Mas, 2004), 117.
[4] Dr. C. Bart, Teologi Perjanjian Lama,91-101.
[5] Dr. C. Bart, Teologi perjanjian Lama,101-103.
[6] Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama. 120.
[7] Dr. C. Barth, Teologi Perjanjian Lama. 119-127.
[8] Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama. 133-135.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar