Tugas UAS
Sumber Buku: Braga James (2014), Cara Mempersiapkan Khotbah, Gandum Mas, Malang.
RINGKASAN
Dalam
menyusun khotbah kita harus memakai pedoman pokok-pokok isi Alkitab dan
Konkordasi Alkitab yang lengkap. Faktor terpenting dalam mempersiapkan khotbah
yaitu adanya persiapan hati untuk berkhotbah. Tidak ada tingkatan pengetahuan
atau tingkat studi atau bakat-bakat alamiah yang dapat menggantikan hati yang
bersungguh-sungguh, merendah, penuh dedikasi yang semakin merindukan Kristus dan
hanya orang yang hidup bergaul dengan Allah, yang hidup dalam kesucian yang
dapat mendorong orang lain untuk bertumbuh dalam anugerah dan pengetahuan akan
Kristus.
Dalam berkhotbah, terlebih kita harus menjadi orang yang
memahami dan menelaah Firman Tuhan. Namun semuanya itu bukan saja untuk
mendapatkan suatu berita dari Alkitab saja, akan tetapi Alkitab harus menjadi
makanan dan minuman sampai seumur hidup dengan menghabiskan mempelajari Alkitab
berjam-jam setiap minggunya.
BAGIAN 1
MODEL-MODEL UTAMA KHOTBAH
ALKITABIAH
BAB
1
KHOTBAH
TOPIK (TOPIKAL)
Dalam usaha mengklasifikasikan
khotbah, penulis menggunakan definisi-definisi yang berbeda, dan dalam
menggunakan definisi-definisi ini banyak terjadi tumpang tindih dalam
klasifikasi. Beberapa pengarang mengklasifikasikan khotbah menurut isi atau
pokok, yang lain menurut strukturnya, sedangkan sewaktu menyampaikan khotbah
menggunakan metode psikologis. Ada metode-metode lain untuk mengklasifikasikan
khotbah ialah mengklasifikasikanya sebagai khotbah topik atau pokok, tekstual,
dan ekspositori.
Khotbah topik adalah suatu khotbah
yang bagian-bagian utamanya diambil dari topiknya atau pokoknya, lepas dari
teks. Khotbah topik itu dimulai dengan satu topik atau tema dan bagian-bagian
utama khotbah, terdiri atas ide-ide yang terbit dari pokok pembicaraan.
Kemudian bagian kedua dari definisi khotbah topik yaitu tidak memerlukan satu
teks sebagai dasar pemberitaan, dan ini tidak berarti pemberitaannya tidak
Alkitabiah, namun hanya menunjukkan bahwa ayat Firman Tuhan bukanlah sumber
khotbah topik.
Kitab Suci membicarakan setiap fase
yang dapat dipikirkan dalam hidup dan kegiatan manusia. Alkitab juga mengungkapkan
rencana-rencana anugerah Allah terhadapat manusia di dunia dan dalam kekekalan.
Jadi, dalam Alkitab tertimbun persediaan pokok-pokok yang tidak akan habis.
Dari hal ini, pengkhotbah dapat memperoleh bahan untuk khotbah-khotbah topik
yang sesuai dengan setiap peristiwa dan keadaan manusia. Dengan menggali Firman
Allah secara terus-menerus dan tekun, hamba Tuhan akan memperkaya jiwanya
sendiri dengan emas mulia kebenaran Ilahi.
Jika pengkhotbah dengan tekun
mempelajari Alkitab menurut topik-topiknya, maka ia akan mendapat banyak macam
topik sehingga ia bingung bagaimana memilih satu tema yang cocok untuk
khotbahnya. Kemudian kita harus mencari pimpinan Tuhan dengan mengambil waktu
untuk berdoa dan bermeditasi akan Firman Tuhan.
Ada
prinsip dasar untuk mempersiapkan khotbah topik, yaitu:
1. Bagian-bagian
utama harus menurut susunan logika atau kronologi.
2. Bagian-bagian
utama boleh merupakan analisa pokok itu.
3. Bagian-bagian
utama dapat mengemukakan berbagai bukti mengenai pokok itu.
4. Bagian-bagian
utama boleh menguraikan pokok dengan jalan perbandingan atau pertentangan.
5. Bagian-bagian
utama dapat dinyatakan dengan kata atau ungkapan Alkitab tertentu yang diulangi
sepanjang kerangka itu.
6. Bagian-bagian
utama dapat ditunjang oleh kata atau ungkapan Alkitab yang identik.
7. Bagian-bagian
utama terdiri atas penyelidikan kata dengan menunjukkan aneka arti sebuah kata
atau kata-kata tertentu dalam Alkitab.
8. Bagian-bagian
utama seharusnya tidak ditopang dengan ayat-ayat bukti yang tafsirannya tidak
sesuai dengan konteksnya.
BAB
2
KHOTBAH
TEKSTUAL
Khotbah tekstual adalah suatu
khotbah yang bagian-bagian utamanya diperoleh dari satu teks yang terdiri atas
suatu bagian Alkitab yang pendek. Setiap bagian ini dipakai sebagai suatu garis
saran dan teks memberikan tema khotbah itu. Berbicara mengenai khotbah tekstual
berarti kita berurusan dengan suatu macam khotbah yang berbeda dengan khotbah
topik. Khotbah topik dimulai dengan tema, tetapi khotbah teks dimulai dengan
teks. Kemudian dari bagian yang kedua mengenai definisi, yaitu setiap bagian
utama yang dipakai dari teks, dapat dipakai sebagai suatu garis saran. Ini
berarti bahwa bagian-bagian utama itu menyarankan hal-hal yang akan dibicarakan
dalam khotbah. Namun, kadang-kadang teks itu begitu padat sehingga bisa
didapatkan banyak kebenaran atau hal-hal yang dapat dipakai untuk menguraikan
pikiran-pikiran yang terdapat dalam kerangka. Tetapi, adakalanya perlu
mengambil dari bagian lain di Alkitab untuk mengembangkan bagian-bagian
utamanya. Dengan kata lain, bagian-bagian utama kerangka tekstual harus berasal
dari teks itu sendiri, namun untuk pengembangan selanjutnya boleh diambil dari
teks itu atau dari bagian-bagian lain di Alkitab.
Ada
prinsip dasar persiapan kerangka
tekstual, yaitu:
1. Kerangka
tekstual harus berpusat pada satu pikiran utama dalam teks dan bagian-bagian
utamanya harus diambil dari teks agar dapat mengembangkan atau memperluas tema
yang satu itu.
2. Bagian-bagian
utama dapat terdiri atas kebenaran-kebenaran atau prinsip-prinsip yang
disarankan oleh teks.
3. Dalam
satu teks dapat ditemukan lebih dari satu tema atau pikiran yang menonjol,
tergantung dari segi pandangan kita terhadap teks.
4. Bagian-bagian
utama harus disusun dalam urutan logika atau kronologi.
5. Kata-kata
dalam teks boleh menjadi bagian-bagian utama kerangka asalkan bagian-bagian ini
berkumpul keliling satu tema utama.
6. Konteks
dari teks harus diselidiki dengan seksama dan dihubungkan dengan teks.
7. Beberapa
teks berisi perbandingan atau pertentangan yang dapat digarap dengan baik
dengan menunjukkan persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan yang disengaja.
8. Dua
atau tiga ayat, yang diambil dari bagian-bagian Alkitab yang beda-beda, dapat
disatukan dan digarap seperti satu teks.
BAB
3
KHOTBAH
EKSPOSITORI
Khotbah ekspositori merupakan suatu
khotbah dimana suatu bagian Alkitab yang pendek atau yang panjang diartikan
dalam hubungan dengan satu tema atau pokok. Bagian terbesar dari materi khotbah
ini adalah diambil langsung dari nas Alkitab tersebut dan kerangkanya terdiri
dari serangkaian ide yang diuraikan secara bertahap dan berpangkal pada satu
ide utama. Khotbah ekspositori adalah bentuk amanat mimbar yang paling efektif
dari semua jenis khotbah. Khotbah jenis ini menghasilkan jemaat yang paham akan
ajaran Alkitab. Dengan mengupas satu bagian Kitab Suci, pendeta telah
menunaikan fungsi khotbah yang utama, yaitu menafsirkan kebenaran Alkitabiah
kepada manusia. Khotbah ekspositori didasarkan pada suatu bagian Alkitab yang
pendek atau yang panjang. Nas Alkitab ini terdiri dari beberapa ayat atau satu
pasal, bahkan bisa lebih. Bagian terbesar dari materi khotbah ini diambil
langsung dari nas Alkitab. Bukan saja ide-ide utama dari nas Alkitab namun
bagian-bagian kecilnya harus diterangkan dan disusun untuk melengkapi materi
pokok khotbah.
Khotbah
ekspositori dari satu segi adalah cara yang paling sederhana dalam berkhotbah,
hal ini disebabkan karena semua bahan untuk khotbah ada didalam nas yang akan
diuraikan, dan pengkhotbah hanya mengikuti susunan yang terdapat dalam teks.
Keuntungan menggunakan khotbah ekspositori adalah menjamin pengetahuan yang
baik tentang Alkitab bagi pengkhotbah maupun pendengar. Keuntungan yang lain
yaitu pengkhotbah menjadi ekspositori Firman Allah akan lebih menginsafi dengan
bertambahnya pengalaman bahwa khotbah ekpositori akan memberikan kesempatan
berulang-ulang untuk menguraikan nas-nas Alkitab yang mungkin tak akan disebut
selama pelayanan.
Ada
perbedaan mengenai khotbah tekstual dengan khotbah ekspositori, yaitu bahwa
khotbah tekstual diambil dari teks Alkitab yang pendek, biasanya satu atau dua
ayat, bahkan terkadang sebagian dari ayat. Kemudian dalam khotbah ekspositori,
teksnya mungkin pendek atau panjang terkadang mencakup seluruh pasal bahkan
bisa lebih dari itu dengan bagian-bagiannya diambil dari nas Alkitab. Dan dalam
khotbah tekstual, bagian-bagian yang diambil dari teks dipakai sebagai garis
saran. Artinya bagian-bagian itu menunjukkan jalan pikiran yang akan diikuti
dalam khotbah.
v Bentuk
uraian yang dengan salah dianggap sebagai khotbah ekspositori
1. Uraian
Alkitabiah
Merupakan suatu uraian yang
terus-menerus mengenai suatu bagian Alkitab, yang panjang atau pendek, yang
diterangkan dan diterapkan ayat demi ayat, atau ungkapan demi ungkapan.
2. Ceramah
Exegetik
Merupakan uraian panjang lebar
tentang arti sebuah teks, dengan atau tanpa susunan logis atau penerapan
praktis. Exegetik menarik keluar arti yang tersembunyi dalam sebuah teks;
eksposisi memaparkan arti itu dalam susunan yang tepat dan efektif.
v Prinsip
Dasar Persiapan Kerangka Khotbah Ekspsitori
1. Setiap
bagian Alkitab yang akan diselidiki harus dipelajari dengan saksama supaya
artinya dimengerti dan pokoknya diketahui.
2. Kata-kata
atau ungkapan-ungkapan yang penuh arti dalam teks bisa menjadi petunjuk atau
membentuk bagian-bagian utama dalam kerangka khotbah.
3. Kerangka
yang diambil dari unit ekspositori dapat menurut susunan yang berbeda dari
susunan yang ada dalam teks.
4. Kebenaran-kebenaran
penting yang dikemukakan dalam teks dapat membentuk bagian-bagian utama
kerangka khotbah.
5. Dua
atau tiga nas yang pendek atau panjang dari berbagai bagian Alkitab dapat
disatukan untuk menjadi dasar suatu kerangka ekspositori.
6. Dengan
menggunakan metode pendekatam berganda, dapat menguraikan nas Alkitab dengan
berbagai cara sehingga memperoleh dua atau lebih kerangka yang berlainan sama
sekali tentang satu bagian yang sama.
7. Perhatikan
konteks unit ekpositori.
8. Periksalah
latar belakang sejarah dan kebudayaan nas.
9. Seluk-beluk
teks harus digarap dengan semestinya, tetapi tidak perlu secara tuntas.
10. Kebenaran–kebenaran
yang terdapat dalam teks harus dihubungkan dengan keadaan sekarang.
BAGIAN II
TEHNIK PENYUSUNAN KHOTBAH
TEHNIK PENYUSUNAN KHOTBAH
BAB
4
STRUKTUR
HOMILETIKA
Menurut D. Martyn Lloyd-Jones, dia
adalah pendeta yang terkenal dari Westminster Chapel of London di Inggris. Dia menyatakan,
bahwa khotbah bukanlah suatu risalah atau karangan sastra untuk diterbirkan
dengan maksud dibaca berulang-ulang,
melainkan suatu berita yang dimaksudkan untuk didengar dan mempunyai dampak
langsung pada pendengar-pendengarnya.
Khotbah harus bebas dari
ketidakjelasan dan tidak berisi materi tambahan yang tidak ada hubungan dengan
tema utama. Di lain pihak, khotbah itu harus mempunyai bentuk yang tegas atau
pola tertentu, dengan ide-ide dalam khotbah menunjukkan kesinambungan pikiran
dan keseluruhan khotbah menuju satu sasaran atau klimaks tertentu. Dengan kata
lain, khotbah itu harus disusun sedemikian rupa sehingga tanpa mengalami
kesulitan pendengar sanggup memahami inti khotbah maupun berbagai hal yang
membentuk khotbah tersebut. Inilah alasan untuk struktur homiletika.
Menurut Dr. James M. Gray,
mengatakan bahwa Tuhan tidak dibatasi oleh peraturan-peraturan berpidato atau
homiletika. Namun sebaliknya, mendapat suatu berita dari Firman Allah tanpa
adanya rencana atau kesatuan pikiran yang nyata. Maka pengkhotbah tidak perlu
merasa bahwa ia harus selalu terikat pada prinsip-prinsip homiletika.
BAB
5
JUDUL
Dalam penyusunan suatu pidato, judul
biasanya satu dari hal-hal yang terakhir dipersiapkan. Prosedur yang umum ialah
pertama-tama mempersiapkan proposisi dan kerangka utama. Pada permulaan perlu
mendapat pengertian yang jelas mengenai arti pokok, topik, tema, dan judul.
Beberapa penulis homiletika membedakan antara pokok, topik, dan tema. Mereka
mengatakan bahwa pokok itu memberikan ide umum, sedangkan tema atau topik
adalah aspek khusus pokok itu. Jadi, bagaimanapun juga judul mengungkapkan hal
khusus yang akan disajikan dalam khotbah, yang dinyatakan dengan menarik
sebagai reklame untuk khotbah. Maka dari itu, bisa dikatakan judul adalah penghias
pokok.
v Prinsip
Persiapan Judul Khotbah
1. Judul
harus berhubungan dengan teks atau berita.
2. Judul
harus menarik.
3. Judul
harus sesuai dengan martabat mimbar.
4. Judul
harus singkat.
5. Judul
harus diungkapkan dalam bentuk penegasan, pertanyaan, atau seruan.
6. Judul
harus terdiri atas sebuah ungkapan yang diikuti sebuah pertanyaan.
7. Judul
kadang-kadang diutarakan dalam bentuk pokok yang majemuk.
8. Judul
harus terdiri atas kutipan singkat sebuat nas Alkitab.
BAB
6
PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan proses dimana pengkhotbah
berusaha mempersiapkan pikiran dan mendapatkan perhatian para pendengar
terhadap berita yang hendak diwartakannya. Menurut Austin Phelps menjelaskan
bahwa ada perbedaan antara kata pengantar dan pendahuluan, yaitu jika kata
pengantar adalah mengutarakan hal-hal yang umum. Akan tetapi, pendahuluan
adalah menghubungkan pikiran jemaat dengan tema. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pendahuluan adalah bagian yang penting dalam khotbah, dan keberhasilan seluruh
khotbah sering kali bergantung pada kemampuan pendeta untuk memperoleh dukungan
para pendengarnya pada permulaan uraiannya.
v Maksud
Tujuan Pendahuluan
1. Untuk
mendapatkan kemauan baik para pendengar.
2. Untuk
membangkitkan minat terhadap temanya.
v Prinsip
Bagi Persiapan Pendahuluan
1. Pendahuluan
harus singkat.
2. Pendahuluan
harus menarik.
3. Pendahuluan
harus menuntun kepada gagasan yang terkemuka atau tujuan utama khotbah.
4. Pendahuluan
harus ditulis dalam kerangka dengan beberapa kalimat atau ungkapan singkat.
BAB
7
PROPOSISI
Proposisi ialah suatu pernyataan
sederhana mengenai pokok yang dikemukakan pengkhotbah untuk didiskusikan,
diperluas, dibuktikan, ataupun dijelaskan dalam khotbahnya. Dengan kata lain,
proposisi adalah suatu pernyataan mengenai pelajaran rohani utama khotbah atau
kebenaran kekal dalam khotbah yang dipersingkat menjadi satu kalimat
pernyataan. Jadi proposisi juga dinamakan tesis, ide pokok, ide homiletik,
ataupun kalimat subjek, adalah suatu prinsip: suatu peraturan yang mengatur
tingkah laku yang benar, atau suatu fakta, atau generalisasi yang diterima
sebagai dasar dan kebenaran. Proposisi terdiri atas sebuah pernyataan
deklaratif yang jelas tentang kebenaran dasar yang tetap sepanjang zaman dan
dapat diterapkan secara universal.
v Pentingnya
Proposisi
1. Proposisi
adalah dasar seluruh struktur khotbah.
2. Proposisi
menunjukkan dengan jelas arah khotbah kepada jemaat.
v Proses
Pengembangan Proposisi
1. Penelitian
exegetika lengkap tentang nas.
2. Perumusan
ide exegetika dalam nas.
3. Penemuan
satu kebenaran utama yang disarankan nas.
4. Pernyataan
proposisi dalam bentuk kalimat yang ringkas dan tegas.
v Prinsip
Perumusan Proposisi
1. Proposisi
haruslah suatu pernyataan yang mengungkapkan satu ide utama.
2. Proposisi
haruslah suatu kalimat yang menyatakan sesuatu.
3. Proposisi
haruslah satu kebenaran kekal yang biasanya dinyatakan dalam kalimat pernyataan
bentuk sekarang.
4. Proposisi
harus dinyatakan dengan sederhana dan jelas.
5. Proposisi
harus menyatakan satu kebenaran yang penting.
6. Proposisi
harus sesuatu yang khusus.
7. Proposisi
harus dinyatakan secara singkat dan harus mudah dipahami.
BAB
8
BAGIAN-BAGIAN
Yang dimaksud dengan bagian-bagian
adalah bagian-bagian utama satu khotbah yang teratur. Apakah bagian-bagian itu
disebut dalam penyampaian khotba atau tidak, namun suatu khotbah yang
direncanakan dengan baik akan dibagi atas bagian-bagian yang nyata dan setiap
pelengkapanya menyokong kesatuan khotbah itu.
v Nilai
Bagian Bagi Pengkhotbah
1. Bagian
yang membantu kejelasan pikiran.
2. Bagian
yang membantu kesatuan pikiran.
3. Bagian
yang membantu menguraikan sesuatu pokok dengan baik.
4. Bagian
yang mengingat butir-butir utama khotbah.
v Nilai
Bagian Bagi Jemaat
1. Pembagian
membuat butir-butir utama khotbah.
2. Pembagian
menolong ingatan pendengar.
v Prinsip
Persiapan Bagian-Bagian Utama
1. Harus
timbul dari proposisi.
2. Harus
berbeda dengan yang lain.
3. Harus
diatur agar bergerak maju secara bertahap.
4. Harus
membicarakan secara mendalam dan mempertahankannya dengan baik.
5. Harus
berisi satu ide dasar.
6. Harus
merumuskan dengan jelas.
7. Bagian-bagian
utamanya harus sedikit mungkin.
8. Harus
disajikan dengan aneka ragam.
9. Bagian
harus disusun dengan sejajar.
Dalam
menghubungkan proposisi dengan tubuh khotbah, memerlukan kalimat peralihan.
Peralihan dilakukan dengan cara memberikan ide-ide dari satu bagian khotbah ke
bagian berikutnya. Jadi, peralihan dapat menghubungkan bagian dengan proposisi
atau dengan kalimat peralihan yang utama: dapat mengulang satu atau lebih
bagian utama dalam kerangka; dapat membangkitkan minat pendengar terhadap
kesatuan pikiran; atau dapat menunjuk ke bagian utama. Apabila kalimat
peralihan utama telah dirumuskan dengan baik, maka akan mendapatkan kata kunci
yang dapat digunakan dalam tiap bagian utama. Jadi, bilamana pengkhotbah sampai
kepada satu bagian utama dalam khotbahnya, ia dapat menunjuk ke kalimat
peralihan yang utama itu dengan menyebut kata kuncinya.
v Prinsip
Persiapan Bagian-Bagian Tambahan
1. Bagian-bagian
tambahan diperoleh dari bagian-bagian utamanya.
2. Bagian-bagian
tambahan harus tersusun sejajar.
3. Bagian-bagian
tambahan harus terbatas jumlahnya.
4. Bagian-bagian
tambahan tidak perlu menuruti susunan dalam teks.
BAB
9
DISKUSI
Diskusi adalah pembentangan ide-ide
yang terdapat dalam bagian-bagian itu. Apabila pengkhotbah mengembangkan
khotbahnya, ia harus menggunakan seluruh pengetahuan dan kemampuan kreatif yang
ada padanya. Ia harus memperluas
kerangkanya agar menghasilkan suatu berita khotbah yang hidup dan
lengkap serta mencapai sasaran yang ada dalam pikirkan. Agar dapat melakukan
hal ini, ia harus memperkenalkan, memilih, dan menyusun materinya supaya akan
mengembangkan tiap-tiap bagian itu secara efektif.
v Sifat-Sifat
Diskusi
1. Kesatuan
Dalam diskusi harus memiliki ide-ide yang
memiliki kestuan dalam setiap bagian.
2. Pertimbangan
Memungkinkan pengkhotbah mengenal bagian-bagian
khotbah dengan menguraikan dengan lebih teliti.
3. Gerak
Maju
Ide-ide setiap bagian harus menunjukkan
pengembangan pikiran secara bertahap.
4. Keringkasan
Seorang pengkhotbah harus dapat meringkas
khotbahnya, agar tidak memboroskan waktu di mimbar.
5. Kejelasan
Tujuan utama diskusi adalah membentangkan dan
menerangkan lebih jelas arti ide-ide dalam bagian-bagian khotbah.
6. Daya
Hidup
Dalam setiap pembicaraan harus memiliki hal-hal
kebenaran, yang dapat membangkitkan minat para pendengar.
7. Keserbaragaman
Pengkhotbah harus berusaha agar khotbahnya
senantiasa baru dan mengesankan, maka harus dapat memastikan bahwa pembicaraan
itu berisi keseragaman.
v Sumber-Sumber
Bahan Untuk Diskusi
1. Alkitab
Adalah sumber bahan yang tidak ada
habis-habisnya untuk mengembangkan setiap pemikiran yang terdapat dalan setiap
bagian suatu khotbah.
2. Kepustakaan
yang lain
Berguna untuk menguraikan sebuah khotbah dengan
menggunakan beberapa jenis buku yang lain, misalnya: buku tafsiran yang
bersifat kritis, ekspositori, dan buku-buku renungan saat teduh.
3. Pengalaman
Pengalaman pribadi seorang pendeta merupakan
sarana lain yang berharga untuk memperluas bagian-bagian khotbah.
4. Pengamatan
terhadap dunia di sekitar kita
Ada banyak hal lain yang dapat menambahkan daya
tarik suatu khotbah, yaitu pengkhotbah harus memiliki mata untuk melihat dan
memiliki pikiran untuk memahami hubungan kejadian sehari-hari dengan kebenaran
rohani yang terdapat dalam Alkitab.
5. Daya
khayal
Pengkhotbah harus dapat membayangkan
gambaran-gambaran mental yang bertujuan untuk menambah keefektifan suatu
kebenaran dalam setiap pembicaraan.
v Proses
Retoris Dalam Mengembangkan Kerangka Khotbah
1. Penjelasan
a. Proses-proses
yang terlibat dalam penjelasan teks
· Konteks
· Referensi-referensi
silang
· Penggunaan
hukum-hukum bahasa
· Latar
belakang sejarah dan kebudayaan
b. Mengupas
suatu bagian yang sulit
c. Menguraikan
seluk-beluk dalam teks
2. Argumentasi
a. Nilai
argumentasi
b. Metode-metode
argumentasi
· Penggunaan
ayat Alkitab
· Penalaran
yang logis
· Kesaksian
· Urutan
yang logis dalam kerangka khotbah
c. Peringatan
dalam menggunakan argumentasi
3. Kutipan-kutipan
a. Ayat-ayat
Alkitab
b. Ungkapan-ungkapan
singkat yang tegas
c. Pernyataan
yang berasal dari sumber-sumber yang berwenang
d. Puisi
BAB
10
LUKISAN-LUKISAN
Penggunaan lukisan untuk khotbah
sama seperti jendela untuk suatu gedung. Sebagaimana jendela memasukkan cahaya
ke dalam sebuah gedung, demikian juga yang lebih baik menjelaskan suatu
khotbah. Arti dari kata ‘melukiskan’ adalah menjelaskan dengan menggunakan
suatu contoh atau contoh-contoh. Jadi, suatu lukisan adalah cara untuk memberi
keterangan tentang suatu khotbah dengan menggunakan contoh. Suatu pemandangan
dilukis dengan kata-kata, atau gambaran tentang seorang atau kejadian dipakai
untuk menerangi isi khotbah, supaya menjadi lebih mudah bagi pendengar untuk
mengerti kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh pengkhotbah. Suatu lukisan
berupa bisa berapa perumpamaan, ibarat, kiasan, cerita (termasuk anekdot atau
dongeng), cerita mengenai pengalaman pribadi, peristiwa dalam sejarah, atau
kejadian dalam biografi.
v Nilai
Lukisan
1. Lukisan
memberi kejelasan pada khotbah
2. Lukisan
membuat khotbah menarik
3. Lukisan
menjadikan kebernaran itu hidup
4. Lukisan
menegaskan kebenaran
v Prinsip
yang harus diperhatikan dalam penggunalan lukisan
1. Gunakan
lukisan-lukisan yang cocok
2. Pastikan
bahwa lukisan-lukisan itu jelas
3. Gunakan
lukisan-lukisan yang dapat dipercaya
4. Sebutkan
fakta-fakta lukisan itu dengan tepat
5. Gunakan
lukisan-lukisan yang agak singkat
6. Gunakan
diskriminasi ketika memilih lukisan-lukisan
BAB
11
PENERAPAN
Penerapan adalah salah satu unsur
yang paling penting dalam khotbah. Dengan proses retoris ini tuntutan-tuntutan Firman
Tuhan dipusatkan kepada individu agar ia dapat memberi tanggapan yang baik
kepada pesan khotbah. Penerapan dapat menunjukkan hubungan ayat Alkitab kepada
kehidupan sehari-hari seseorang, dan penerapan dapat membuat ajaran Alkitab
yang bersangkutan denga dirinya.
Penerapan sering dilukiskan dalam
buku-buku homiletika sebagai proses yang dengannya pengkhotbah hendak mendorong
pendengar-pendengarnya untuk untuk memberi tanggapan yang baik kepada kebenaran
yang dinyatakan oleh Allah. Orang yang hendak menerapkan keberanaran-kebenaran
dalam khotbahnya secara menyeluruh kepada jemaatnya, kadang-kadang kelihatan
seperti mengagumkan dirinya sendiri.
Jadi penerapan, dapat didefinisikan
sebagai proses retoris yang menyampaikan kebenaran secara langsung dan secara
pribadi kepada tiap-tiap orang agar dapat menyakinkan mereka untuk
menanggapinya sebagaimana mestinya. Jadi, definisi ini meliputi baik pembicara
maupun para pendengar.
v Syarat
untuk penerapan yang efektif
1. Seorang
pengkhotbah harus hidup dekat dengan Allah.
2. Seorang
pengkhotbah harus berpendidikan yang baik, agar bisa menghubungkan Alkitab
kepada masa kini.
3. Seorang
pengkhotbah harus dapat mempunyai pengertian mengenai sifat manusia.
4. Seorang
pengkhotbah harus mempelajari kondisi jemaatnya.
5. Seorang
pengkhotbah harus dapat menyampaikan Firman tanpa dibuat-buat.
6. Seorang
pengkhotbah harus dapat mengandalkan pekerjaan Roh Allah.
v Prinsip
untuk menjadikan kebenaran Alkitab relavan
1. Menghubungkan
khotbah dengan probelema dan kebutuhan dasar umat manusia.
2. Gunakan
daya khayal saat berkhotbah, agar adegan tokoh Alkitab menjadi hidup.
3. Gunakan
lukisan-lukisan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ambil
dari teks prinsip-prinsip umum.
5. Pastikan
setiap penerapan sesuai dengan kebenaran dalam bagian yang akan diuraikan.
6. Penerapan
harus bersifat khusus dan tegas.
7. Harus
dapat memberikan motivasi kepada pendengar.
8. Hubungkan
kebenaran dengan zaman.
v Tema-tema
penting pengkhotbah interpretif
1. Injil
Khotbah Injil merupakan kabar baik
dari Allah untuk manusia.
2. Penginjilan
Khotbah mengenai pengijilan
dapat mendorong jemaat untuk menyampaikan kabar baik kepada orang lain.
3. Nubuat
Khotbah mengenai nubuat dapat
memberi peringatan kepada orang yang tidak mempunyai iman dan menyadarkan gereja
akan perlunya tanggung jawab.
BAB
12
KESIMPULAN
Kesimpulan adalah klimaks dari
seluruh khotbah, dimana satu-satunya tujuan untuk mencapai sasarannya dalam
bentuk bentuk kesan yang sangat kuat. Kesimpulan bukan hanya sekedar tambahan kepada
tubuh khotbah, melainkan menjadi satu bagian integral dari khotbah itu.
Kesimpulan adalah bagian terakhir khotbah, dimana segala sesuatu yang telah
disampaikan, dapat dipusatkan melalui kekuatan dan intensitas untuk
menghasilkan dampak yang hidup kepada jemaat.
Kesimpulan bukanlah tempat untuk
memperkenalkan gagasan atau sanggahan baru. Namun hanya semata-mata menekan,
menetapkan kembali, meneguhkan, atau mematangkan apa yang telah dinyatakan
dalam khotbah, dengan memberi sasaran untuk menginsyafkan para pendengar akan
tujuan utama khotbah itu.
Kesimpulan merupakan unsur yang
paling kuat dalam seluruh khotbah. Karena jika dilaksanakan kurang baik, maka
dapat melemahkan atau merusak efek bagian-bagian khotbah yang sebelumnya.
v Bentuk-bentuk
kesimpulan
1. Ikhtisar
Biasanya dipakai jika khotbah
dibangun atas serangkaian alasan atau gagasan ide.
2. Lukisan
Yaitu kebenaran suatu khotbah
yang dapat menghasilkan suatu klimaks yang efektif dalam khotbah
3. Penerapan
atau Himbauan
Dalam berkhotbah harus diakhiri
dengan suatu penerapan atau hibauan dan meminta jemaat untuk memberi tanggapan
atas kebenaran-kebenaran yang dipaparkan dalam khotbah itu.
4. Motivasi
Dengan menggunakan kesimpulan
ini dapat memberikan pengertian yang memiliki kuasa dan mengena.
v Prinsip
untuk persiapan kesimpulan
1. Kesimpulan
harus singkat
2. Kesimpulan
harus sederhana
3. Kesimpulan
harus memakai kata-kata yang dipilih secara teliti dan bijaksana. Untuk
mencapai sasaran yang tepat, maka kata-kata harus terdiri:
· Harus
tegas dan hidup
· Kutipan
diambil dari teks sendiri
· Harus
mengambil kutipat ayat yang sesuai dengan khotbah
· Harus
memilih kutipan syair yang sesuai
· Harus
memiliki himbauan yang tegas
4. Kesimpulan
harus dinyatakan dalam kerangka beberapa kalimat atau ungkapan yang singkat.
BAB
13
PENGULANGAN
SINGKAT
v Langkah-langkah
dasar dalam mempersiapkan suatu kerangka khotbah
1. Memilih
Nas
Dalam berkhotbah dari permulaan
sampai akhir suatu kitab dalam Alkitab, maka tugas memilih suatu bagian Firman
Tuhan untuk diterangkan akan ditiadakan. Sebagai nas kitab yang berikut hanya
memilih nas yang terdapat sesudah nas yang terakhir.
2. Mempelajari
dan menafsirkan suatu nas dengan seksama
Adakalanya Roh Allah dapat
menyatakan berita khotbah yang kita sampaikan asalkan sebelumnya harus disertai
dengan doa yang sungguh-sungguh.
3. Menemukan
tujuan utama suatu nas
Yaitu bahwa ide penafsiran
dapat membawa pernyataan proposisi atau ide homiletiks, dimana kebenaran dasar
nas dapat dipakai untuk semua orang.
4. Susunan
kerangka khotbah
Pengkhotbah dapata membangun
khotbahnya dengan cara pendekatan induktif, yang dapat menyatakan
pokok-pokoknya dalam susunan yang berurutan yang dapat mencapai klimaks.
5. Mengisi
kerangka khotbah
Dalam mengisi kerangka khotbah
harus memilih bahan yang memuaskan yang dapat membuat pendengar memiliki
ide-ide yang dapat dikemukakan oleh bagian-bagian utama dalam kerangka
khotbahnya.
6. Mempersiapkan
kesimpulan, pendahuluan, dan judul
Pengkhotbah perlu mempersiapkan
kesimpulan, pendahuluan dan judul agar dapat memberikan khotbah yang klimaks.
7. Sikap
bergantung dalam doa kepada Roh Allah
Dengan melakukan hal ini, maka
Dia akan membenarkan pikiran kita, membenarkan perkataan kita, memenuhi kita
dengan Roh kasih dan anugerah, ketika menyampaikan khotbah sehingga berkat
Allah dapat menyertai kebenaranNya.
Selamat Menyusun kotbah dengan Baik dan Benar.. Jangan Lupa untuk Berdoa terlebih dahulu.. Salam Hormat: Yosafat Belmiro